Sabtu, 02 April 2011

DAYA KERJA DETERJEN

Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen
merupakan buah kemajuan teknologi yang
memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping
penyulingan minyak bumi, ditambah dengan
bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan
pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun
1960-an, deterjen generasi awal muncul
menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan
(surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang
mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat
ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di
permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan
senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini
relatif lebih akrab dengan lingkungan.
Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS
telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan
di Indonesia, peraturan mengenai larangan
penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan
masih digunakannya ABS dalam produk deterjen,
antara lain karena harganya murah, kestabilannya
dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.
Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih
yang dilarutkan dengan air di wilayah
pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa
sering tidak menghasilkan busa. Hal itu
disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan
menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah
(air yang mengandung logam-logam tertentu
atau kapur). Namun penggunaan deterjen dengan
air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan
busa yang berlimpah.
Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam
air pada proses pencucian, akan membentuk
emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat
dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa
semakin melimpahnya busa air sabun akan
membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa
dengan luas permukaannya yang besar memang
bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan
adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat
dilakukan tanpa perlu adanya busa.
Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang
melimpah menunjukkan daya kerja deterjen
adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian
tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau
sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan.
Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat
ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya
kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi,
mencuci dengan air panas akan menyebabkan
warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian
berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air
hangat/panas.
Pemakaian deterjen juga kerap menimbulkan
persoalan baru, terutama bagi pengguna yang
memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat
mengalami iritasi kulit, kulit gatal-gatal, ataupun
kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai
deterjen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar